Berawal dari perjalanan Tarlen Handayani, seorang book binder dan book conservator ke Qatar National Library (QNL) sebagai program observasi Departemen Preservation and Conservation Distictive Collection dan mengamati Koleksi manuskrip Islam koleksi QNL, pada bulan Februari 2024. Perjalanan ini didukung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Selama 5 hari, Tarlen memiliki kesempatan untuk melihat koleksi naskah Islam dari seluruh dunia dan pameran khusus naskah Islam dari Indonesia 'Letter of Faith'. Beberapa di antaranya sangat langka dan penting bagi dunia Islam. Selain itu, Tarlen juga berkesempatan untuk bergabung pada lokakarya internal tentang 'Pewarna Kertas Abad Pertengahan Persia' bersama Prof. Dr. Mandana Barkeshi dan Dr. Sandra Zekrgoo. Lokakarya ini benar-benar membuka perspektif baru tentang praktik konservasi manuskrip yang selama ini Tarlen tekuni.
Ketika Prof. Mandana bertanya kepadanya tentang jenis bahan tinta yang biasanya digunakan pada naskah Jawa, dan Tarlen tidak bisa menjawabnya, pertanyaan itu lantas menyadarkannya bahwa sumber pengetahuan bahan, material, teknik dan praktik konservasi naskah berbasis komunitas di Indonesia sangatlah terbatas. Tidak mudah menemukan informasi tentang bahan, material, penjilidan dan teknik ketukangan yang berkaitan dengan produksi manuskrip. Belum lagi fasilitas dan keahlian yang dapat mengajarkan keterampilan konservasi manuskrip di Indonesia sangat terbatas.
Kesadaran akan keterbatasan dan keinginan untuk belajar inilah yang membuat Tarlen, sepulang dari Qatar memutuskan untuk mendirikan Kolektif Belajar Konservasi, sebuah kolektif yang bertujuan melakukan pembelajaran kolektif tentang konservasi naskah, arsip, dan budaya material yang dilakukan oleh komunitas di Indonesia. Kolektif Belajar Konservasi bertujuan mengumpulkan pengetahuan tentang bahan, material, teknik, ketukangan serta pemahaman konservasi yang dilakukan komunitas di Indonesia.